
Mengapa Beberapa Orang Menangis Saat Yoga atau Meditasi Gerak?
Bagi yang belum pernah mencobanya, yoga atau meditasi gerak mungkin hanya dianggap sebagai aktivitas fisik ringan yang membantu peregangan tubuh dan ketenangan pikiran. Namun, bagi sebagian orang, sesi yoga atau meditasi gerak bisa memunculkan sesuatu yang tak terduga—air mata. Ya, tidak sedikit orang yang menangis saat melakukan yoga, bahkan tanpa tahu alasan spesifiknya.
Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang menangis di tengah pose warrior atau saat berada dalam keheningan meditasi gerak? Apakah ini tanda kelemahan? Atau justru sesuatu yang sehat?
Yuk, kita gali jawabannya secara psikologis, emosional, dan ilmiah.
Tangisan dalam Yoga: Fenomena yang Nyata
Pertama-tama, perlu kita pahami bahwa menangis saat yoga bukanlah hal aneh. Bahkan, hal ini cukup umum terjadi—baik pada pemula maupun praktisi berpengalaman. Tangisan ini bisa muncul perlahan, seperti genangan air mata, atau bahkan datang tiba-tiba sebagai luapan emosi.
Tangisan saat yoga atau meditasi gerak dikenal dengan istilah emotional release atau pelepasan emosional, di mana tubuh dan pikiran akhirnya “membuka” ruang untuk perasaan yang selama ini tertahan.
1. Tubuh Menyimpan Emosi
Dalam dunia terapi tubuh (somatic therapy), dikenal satu konsep penting: “The body keeps the score.” Artinya, tubuh kita menyimpan jejak dari pengalaman emosional masa lalu—baik yang kita sadari maupun yang tidak.
Saat kita melakukan gerakan lembut, memperpanjang otot yang kaku, atau menstimulasi area tertentu dalam tubuh (seperti pinggul, dada, atau punggung bawah), kita mungkin membuka kembali “lemari” tempat trauma atau stres lama tersimpan.
Contohnya:
- Pinggul dikenal sebagai “emotional junk drawer” karena sering menjadi tempat menumpuknya stres dan trauma.
- Saat melakukan pose seperti pigeon pose atau child’s pose, area tersebut teregang dan “terbuka”, memicu pelepasan emosi.
2. Aktivasi Sistem Saraf Parasimpatis
Yoga dan meditasi gerak secara alami mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yaitu sistem yang bertanggung jawab atas rasa tenang, penyembuhan, dan pemulihan.
Saat sistem ini aktif:
- Detak jantung melambat
- Napas menjadi dalam dan stabil
- Tubuh merasa aman
Rasa aman inilah yang membuat emosi terpendam muncul ke permukaan. Saat kita merasa cukup nyaman dan tidak dalam mode bertahan (fight or flight), tubuh memberi sinyal bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyembuhkan luka lama—sering kali melalui tangisan.
3. Ketika Keheningan Menyentuh Batin
Meditasi gerak dan yoga bukan hanya tentang fisik. Ini adalah ruang untuk berdiam diri, sesuatu yang jarang kita lakukan di tengah dunia yang bising dan sibuk. Ketika keheningan itu datang, otak kita mulai menyentuh lapisan-lapisan pikiran dan emosi yang biasanya kita hindari.
Di sinilah terjadi momen konfrontasi emosional: mungkin tentang kehilangan, rasa bersalah, atau sekadar kesedihan yang tak punya nama. Dalam diam, kita akhirnya mendengar bisikan dari dalam yang selama ini tertutup kebisingan luar.
4. Tidak Semua Tangisan Karena Kesedihan
Menangis saat yoga tidak selalu berarti kamu sedang bersedih. Tangisan bisa muncul karena:
- Rasa syukur: atas tubuh yang masih berfungsi meski pernah disakiti.
- Rasa lega: karena akhirnya bisa merasakan sesuatu setelah lama mati rasa.
- Rasa cinta diri: karena untuk pertama kalinya kamu memperlakukan dirimu dengan lembut.
Air mata adalah respons emosional multi-makna, dan yoga atau meditasi gerak memberi ruang untuk semua emosi itu hadir—tanpa dihakimi.
5. Tubuh yang Bergerak, Jiwa yang Terhubung
Dalam meditasi gerak seperti qi gong, tai chi, atau yoga, ada satu kesamaan: keterhubungan antara napas, tubuh, dan kesadaran. Ketika ketiganya selaras, kita bisa masuk dalam kondisi yang disebut “embodied awareness”, atau kesadaran tubuh penuh.
Kesadaran ini mengaktifkan pusat-pusat emosi di otak, terutama sistem limbik, dan memungkinkan kita untuk mengalami perasaan secara utuh, bukan hanya secara kognitif. Inilah alasan mengapa gerakan yang lambat dan terhubung bisa terasa jauh lebih emosional dibanding latihan fisik yang keras sekalipun.
Bagaimana Menyikapinya?
Kalau kamu atau seseorang yang kamu kenal menangis saat yoga atau meditasi gerak, itu bukan sesuatu yang harus ditahan atau disembunyikan. Biarkan itu terjadi.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Terima saja tanpa penilaian. Biarkan air mata mengalir jika memang perlu.
- Tarik napas dalam-dalam. Gunakan napas sebagai jangkar untuk tetap hadir.
- Berterima kasih pada tubuhmu. Ia baru saja membantumu melepaskan beban lama.
- Jangan buru-buru mencari makna. Tidak semua tangisan perlu penjelasan langsung.
Air Mata adalah Bahasa Tubuh yang Jujur
Menangis saat yoga atau meditasi gerak bukan tanda kelemahan—itu adalah bentuk kejujuran tubuh. Ketika tubuh merasa aman, ia akan membantu pikiran untuk memproses dan melepaskan beban emosi yang selama ini mengendap.
Tangisan ini bisa jadi awal dari penyembuhan yang lebih dalam. Jadi, jika kamu pernah atau suatu saat mengalami momen seperti ini dalam latihanmu, ketahuilah bahwa itu adalah hal yang sehat, manusiawi, dan mungkin justru sangat diperlukan.
Karena kadang, gerakan pelan dan napas dalam adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh luka-luka lama kita.